Selasa, 16 November 2010

POTRET INDONESIA NEGERI SETENGAH JAJAHAN SETENGAH FEODAL



Indonesia lahir dari sebuah sejarah dan perjuangan yang tanpa ampun, sejak awal abad ke 17 dengan masuknya kolonialisme ke bumi persada ini, yang terus bergejolak penuh dengan dinamika penindasan terhadap rakyat kecil, kemudian terus berlanjut juga pada era tahun 1940-an dengan masuknya Jepang ke Indonesia dan tak dapat dipungkiri saat ini juga sebagian kecil anak bangsa tengah berusaha keras untuyk melawan penjajah penjajah moderen yang telah leluasa masuk dan menjajah kita bangsa Indonesia. Disisi lain, ada sekelompok orang yang sarat akan kepentingan terus berleha-leha mempertahankan kaum penjajah itu, lantaran mereka tengah di elu-elukan dan mereka telah terbuai oleh segala sesuatu yang telah dijanjikan oleh kaum penjajah tersebut demi memuaskan hidupnya.

Sungguh sangatlah menyedihkan, jika kondisi ini terus berlanjut. Seolah - olah kita sendiri tidak menghargai perjuangan para pahlawan kita dahulu yang telah mati matian berjuang sampai titik darah penghabisan hanya untuk melepaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan. Kita sendiri telah menyepelehkan pahlawan pahlawan kemerdekaan kita dahulu yang yang pada saat itu harus menyingsikan lengan baju demi sebuah kata yakni MERDEKA... Walaupun MATI.....

Kini, bangsa Indonesia berada pada usia 65 tahun, setelah lepas dari belenggu penjajahan. Banyak perubahan perubahan signifikan telah terjadi diatas bumi tercinta ini. Casing yang kalau dilihat dari luar, bahwa indonesia juga tidak kalah hebatnya dengan negara negara yang sedang berkembang lainnya di dunia. Indonesia dengan segala fasilitas yang serba moderen dan canggih, secara tidak langsung memberi kesempatan kepada yang kaya untuk tetap menjadi kaya sampai mati walaupun dengan jalan korupsi, kolusi dan nepotisme, dan mengekang yang miskin untuk terjepit oleh kondisi ekonomi yang tidak akan pernah mengantarnya ke kebahagiaan dan kondisi yang memadai dari segi finansial.
Sejenak indonesia dipandang begitu gagah dan luar biasa, namun tanpa disadari bahwa di dalam proses penyelenggaraan negara yang melibatkan aparatur negara, pihak eksekutif, legislatif, yudikatif dan instansi yang berwenang dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggara negara adalah merupakan kumpulanh orang orang yang bertopeng dan sengaja atau sok suci di depan publik, padahal hatinya amatlah busuk dan kelakuannya jelek, sekaligus merusak martabat dan moral bangsa ini, dan imbasnya adalah hilangnya jati diri dari bangsa Indonesia sendiri.

Kemerdekaan indonesia telah membawa perubahan bangsa ini begitu pesat, kita bisa saksikan sendiri dalam kehidupan dewasa ini dengan segala sesuatu yang serba ada, seharusnya mampu untuk merubah walaupun sedikit, bagaimana kondisi dari masyarakat yang hidup dan berjuang diatas tanah yang telah dimerdekakan ini. Sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa, dan olehg sebab itu penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Kemerdekaan yang telah kita nikmati selama 65 tahun ini, ternyata masih menempatkan kita di depan pintu gerbang. Dapat saya katakan bahwa kita belum memasuki dan merasakan apa itu kemerdekaan yang sesungguhnya.

Kemerdekaan yang diinginkan dan diharapkan oleh kaum kecil adalah kemerdekaan yang sejati, kemerdekaan yang mampu benar benar membebaskan rakyat indonesia dari belenggu penindasan. Harapan tersebut ternyata gagal dan melenceng jauh setelah Indonesia menandatangani kesepakatan KMB. Sejak itu, kemerdekaan Indonesia dapat diartikan sebagai kemerdekaan yang terpasung dengan perjanjian - perjanjian yang melikuidir usaha usaha populis rakyat untuk menasionalisasi aset aset penjajah. Sehingga tak heran, kalau di usia kemerdekaan kita yang sudah hampir memasuki masa emas ini masih saja kita jumpai penjajah penjajah asing yang sebenarenya adalah sama dengan penjajah di zaman dahulu, sekalipun hadir dalam wujud dan kapsitas yang berbeda namun mereka sebenarnya adalah tidak lebih dari seekor lintah. Semangat mereka menggebu-gebu untuy-k menbindas rakyat Indonesia, mencuri kekayaan Indonesia, menguasai pasar dengan melakukan monopoli yang dimulai dari era soeharto sampai dengan saat ini di masa pemerintahan SBY-BOEDIONO. Kekuasaan dibangun berdasarkan konsesi dengan kaum imperialis khususnya Amerika Serikat. Imnperialisme sangat membutuhkan sumber daya alam, tenaga kerja murah dan pasar, ketika pemerintah merupakan kaki tangan dari imperialisme tersebut sudah menjadi hal biasa kalau kebijaksanaan yang diambil pemerintah seiring sejalan dengan apa yang dikehendaki oleh kaum imperialis.
Kita semua sudah bisa merasakan saat ini, dan melihat fakta yang telah terjadi bagaimana pemerintah mencabut subsidi publik, merepresif gerakan demokratik, mengkomersialkan pendidikan dengan berbagai kebijakan anti rakyat. Semakin hari rakyat pun semakin sadar kalau bangsa ini sedang dijajah. Untuk itu mereka bangkit untuk melawan dengan caranya tersendiri, melalui orang orang kepercayaan mereka yang mewakili rakyat di parlemen. Segala sesuatu yang sedang terjadi entah itu kemarin, hari ini, maupun esok dan yang akan datang adalah suatu niat baik dari anak bangsa. Semuanya berjuang demi terwujudnya sila ke lima pancasila yang adalah merupakan tujuan akhir dari pancasila yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia harus segera terwujud. Sayangnya niat niat baik itu, harus kandas diatas kepentingan sekelompok orang, niat niat baik untuk sebuah perubahan itu harus dihentikan sebelum tiba ke puncak keberhasilan. Ide ide brilian untuk memajukan bangsa ini dengan secara sungguh sungguh menjalankan amanat Pancasila dan Undang undang dasar 1945 dapat diredam oleh janji sebuah jabatan, Protes dan kritik atas tindakan yang salah dalam penyelenggaraan negara mampu dipukul mundur oleh apa yang diamakan rupiah, semuanya tengah terjadi, dan berlangsung seperti apa yang kita lihat saat ini.

Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar. Bangsa merupakan negara kepulauan yang sangat kaya hasil hasil alamnya. Hasil-hasil alam yang ada seharusnya dapat diolah dan dipergunakan untuk kepentingan orang banyak dengan perolehan hasil yang lebih banyak, malah terbalik. Kita punya harta tapi tidak tau megolah, malah pemerintah membiarkan pencuri-pencuri asing untuk mengambil harta kekayaan kita dan mereka mendapatkan untung yang lebih besar dibanding kita.

Dalam kunjungan ke Indonesia 09-10 November 2010, Presiden AS, Barack Hussein Obama memuji bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan sumber daya alam. Sesaat orang Indonesia langsung hidung kembang, saking gembira atas pujian Obama tersebut. Namun disatu sisi saya menyimpulkan bahwa AS lewat presidenya Obama, secara tidak langsung mengatakan bahwa: “ Wahai Indonesia yang kekayaannya masih sangat banyak, kami tidak akan segan segan untuk bekerja sama dengan kalian. Apapun yang kalian minta akan kami beri, asalkan perkenankanlah kami untuk tetap mencuri kekayaan kalian “.
Itulah sebenarnya yang kita simpulkan apa keinginan dari AS  selama ini.

Realitas bangsa Indonesia ditengah kekayaan alamnya yang berlimpah, mendapat pujian dari negara-negara yang mempunyai power luar biasa di level dunia, namun masyarakatnya hidup dalam kemiskinan ditengah situasi dan peradaban dunia saat ini. Seiring dengan hal tersebut, klas-klas reaksioner dalam negeri meningkatan penindasan dan pengisapannya terhadap kaum tani, klas buruh, dan lain sebagainya. Mengapa hal ini masi terus dilakukan oleh mereka....???? Karena bila tidak, maka mereka akan kehilangan hak hidup sebagai pemerintahan boneka.
      Negeri setengah jajahan, setengah feodal seperti Indonesia ini, senantiasa menjadi ajang perampokan dan pengisapan keuntungan berlipat oleh kaum kapitalis yang mempunyai kekuatan yang hebat, yang bekerja sama dengan klas-klas reaksioner dalam negeri. Kaum imperialis asing memerlukan dana besar bagi pembangunan di negeri mereka dan meredam perlawanan klas buruh dalam negeri yang marah akibat upah yang minim seolah olah tidak dihargai sama sekali.  Sedangkan kaum imperialis domestik, sangat membutuhkan keuntungan salah satunya berupa uang guna mempertahankan dan mengembangkan kekuasaannya dengan cara membayar birokrasi, anggota parlemen, hakim, jaksa dan aparat penegak hukum di negeri ini, untuk senantiasa loyal pada kekuasaan mereka hari ini. 


      Kaum imperialis domestik, mampu membodohi rakyat dengan mengatakan bahwa pemerintah tidak punya pilihan lain kecuali jalan itu, untuk menggerakan produksi dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja sebanyak banyaknya, padahal sudah jelas diketahui bahwa yang memiliki dan menguasai produksi dalam negeri adalah kaum imperialis asing. Ini tentu bertentangan dengan apa yang telah ditegaskan dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia, pasal 33 ayat 2 dan 3 yang secara gamblang menyatakan bahwa,
Ayat 2 : Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang           banyak dikuasai hajat hudup orang banyak dikuasai oleh Negara
Ayat 3 : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalammya dikuasai oleh Negara dan   dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Tentu harus mampu di imnplementasikan oleh setiap pemimpin bangsa ini dalam proses penyelenggaraan Negara, yang semuanya akan bermuara pada tujuan akhir dari sebuah bangsa yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemimnpin Indonesia yang mampu mengambil keputusan demi harga diri dan martabat bangsa sudah cukup sulit ada dan melekat pada diri pemimpin kita sekarang. Pemimpin yang berani menyatakan “tidak” kepada dunia, untuk tidak tunduk pada organisasi dunia hanyalah mendiang Soekarno. Beliau dengan tegas dan berani mengambil sikap ketika bangsa Indonesia dilecehkan di mata dunia, dengan tidak segan-segan Soekarno memutuskan bahwa Indonesia keluar dari PBB. Ini baru pemimpin. Pemimpin yang memberikan seluruh dirinya untuk diabdikan sepenuhnya kepada bangsa dan Negara dengan tidak ada muatan apapun, murni sebagai seorang motivator sejati. Andaikan saat ini, ada pemimpin yang meniru watak kepemimpinan Soekarno, saya yakin manusia memang tidak harus hidup serba berkecukupan namun sedikit nasib kita yang sekarang tentu lebih baik kalau kita memiliki pemimpin seperti Soekarno.

Di zaman ini, Indonesia bahkan tidak mempunyai satu komitmen untuk mengelola sumber daya alamnya, pemimpin Indonesia berhasil dininabobokan oleh kaum imperialis, dan membuatnya tidak berkutik sedikitpun dengan aksi kaum imperialis yang mencuri kekayaan bangsa ini. Pemimpin Indonesia gagal mengusir kaum imperialis yang berkeliaran di Indonesia saat ini. Andaikan SBY-BOEDIONO seperti presiden Venesuela yang setelah terpilih dan dilantik menjadi presiden langsung mengumpulkan investor asing dan menyatakan bahwa, “ Saya dipilih oelh rakyat untuk memimpin mereka dan membawa perubahan “. Karenanya apa yang sudah anda ambil dari kami selama bertahun tahun, kiranya dapat dikembalikan dengan suatu sistem yang kami tetapkan yakni kami membuka kesempatan kepada investor asing untuk berinvestasi di negara kami, namun berikanlah kami 90% dan ambilah 10% untuk anda.

Seandainya Indonesia punya seorang pemimpin yang sama seperti presiden Morales tersebut, tentu Exon Mobile, Freeport dan perusahan perusahan perampok asing yang ada di Indonesia tidak secara leluasa beraksi di bumi nusantara ini. Rakyat yang hidup serba berkekurangan, tentu akan lebih baik kondisinya jika memang semua kekayaan alam di Indonesia tidak dapat di berikan begitu saja kepada investor asing dengan perolehan keuntungan yang lebih besar dibanding dengan kita bangsa Indonesia sendiri.

Itulah potret dari bangsa kita tercinta saat ini, di satu sisi kita bangga dengan produk pendidikan Indonesia yang menghasilkan Obama menjadi presiden Negara Adikuasa, namun disisi lain dapat dikatakan bahwa, Negara adikuasa yang pemimpinnya pernah sekolah di Indonesia tentu mampu untuk tetap mempertahankan kaki tangannya untuk menjadi lintah yang mengisap kekayaan Indonesia, sampai harus benar-benar habis. Inilah paparan objektif, pemerintahan boneka imperialis kita, di negeri setengah jajahan setengah feodal seperti indonesia saat ini. Negeri yang kaya raya namun pemerintah dan penyelenggara negaranya adalah orang-orang idiot, yang tidak dapat membuat suatu perubahan yang signifikan.
Saya mengatakan bahwa lambang kebinekaan kita yakni GARUDA merupakan singkatan dari, gagah diluar tapi rusak di dalam. Itulah kondisi Indonesia saat ini, diamana masyarakat telah secara langsung melihat semua penindasan dan pengisapan dari kaum imperialis.
Satu pertanyaan, apakah kita harus tunduk tertindas dan diinjak seterusnya, atau bangkit melawan raksasa yang belum pernah kenyang sampai hari ini.......?????????
Sebab mundur adalah sebuah pengkianatan. 



SEKIAN