Senin, 25 April 2011

Demokrasi Niang Tanah Masih dalam Wacana


      Pesta Demokrasi yang bergengsi sebentar lagi akan dihelat di bumi tsunami Kabupaten Sikka. Hingga saat tulisan saya postingkan, sudah banyak putra dan putri daerah yang disebut sebut namanya untuk menjadi balon pada 2013 nanti. Sudah banyak kroni-kroni yang bergerak untuk menyukseskan beberapa orang atw paket paket yang masih terus ingin bertahan dengan kenyamanannya diatas penderitaan dan jeritan pilu warga Sikka. Politik pencitraan sdh dibangun dimana mana, hanya untuk moment atau pesta demokrasi tersebut. Sekilas kita melihat apa yang telah dihasilkan oleh pemimpin saat ini selama kurang lebih 3 tahun. Tentu berbagai kesimpulan yang beraneka ragam akan muncul sesuai dengan presepsi kita masing masing dgn melihat kondisi real di lapangan khususnya masyarakat Kabupaten Sikka.

        Berbagai persoalan dan kasus penyimpangan dan metode premanisme seperti yg dilakukan oleh KADIS KELAUTAN & PERIKANAN KAB. SIKKA, dan kasus kasus lainnya seperti korupsi dan lain sebagainya tentu sangat mencoreng wajah birokrasi dalam eksistensinya di era saat ini dengan kewenangan otonomi daerah yang diberikan sepenuhnya, malah berulah seolah olah preman atau geng yang berhamburan di Metropolitan. Apakah ini juga berhubungan dengan 2013...????? Ataukah ini hanya sekedar mencuri ragam dan cara dari aparat penegak hukum di Indonesia seperti kasus CENTURY dan GAYUS...???? Semuanya ini, masih dalam wacana. Strategi dan para pemikir kini telah menyingsingkan engan baju untuk mempersiapkan dan merancang, strategi apa yang akan dilepas dalam pesta bergengsi ini, demi sebuah kemenangan mutlak dan langgengnya sebuah kekuasaan..?????

     Jika kita tilik dari kaca mata demokrasi, khususnya demokrasi di Niang Tanah Sikka, saya katakan bahwa Demokrasi di kabupaten kelahiran saya itu masih dalam sebuah wacana. Implementasinya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari fenomena ini dapat diartikan bahwa istilah demokrasi dapat berarti apa saja sejauh dilakukan bersama-sama (banyak orang). Namun sebuah istilah yang dapat berarti apa saja, sama dengan tidak berarti apa-apa. Begitulah istilah demokrasi dewasa ini di Niang Tanah Sikka pada khusunya dan Indonesia pada umumnya. Pengertiannya tidak lagi dapat dibatasi, bahkan meluas mengikuti percepatan perubahan mind set masyarakat penduduknya. Untungnya, demokrasi yang dijadikan panutan hidup hampir seluruh masyarakat dunia ini, secara ontologis (hakikat) tidak mengalami perubahan yang berarti, yakni kekuasaan rakyat yang digelitimasikan secara yuridis menjadi kedaulatan rakyat.

     Demokrasi sebagai sebuah kata atau demokrasi sebagai sebuah ideologi, bahkan sebagai gaya hidup (life style) bukanlah sesuatu yang baru. Kata itu begitu akrab di telinga, sering kali diulang dalam setiap percakapan, tersebar di berbagai tulisan, dan selalu menjadi bagian berita media cetak dan elektronik. Dalam praktiknya, demokrasi terimplementasikan dalam wujud kegiatan pemerintahan, kegiatan parlementer, aktivitas kegiatan kehidupan masyarakat, dan menjadi nafas dalam beragam proses kegiatan di berbagai negara yang mengatasnamakan demokrasi sebagai ideologinya.

    Demokrasi sebagai tatanan politik memiliki sejarah amat panjang. Ide demokrasi sudah ada sejak 508 tahun Sebelum Masehi. Ketika itu demokrasi merupakan pertisipasi langsung seluruh warga dewasa dalam suatu proses politik. Proses politik itu bertujuan untuk mengelola kehidupan bersama. Inilah yang disebut Aristoteles sebagai bentuk negara ideal politeia atau yang lebih modern disebut oleh Robert A. Dahl sebagai polyarchy. Kemudian istilah yang lebih populer untuk menyebut hal itu adalah demokrasi. Jadi, ciri utama demokrasi purba itu adalah adanya pengelolaan bersama oleh seluruh warga polis (negara kota) yang jumlah penduduknya relatif kecil. Mungkin demokrasi merupakan satu-satunya ideologi yang sempurna sekaligus yang paling rentan atau rapuh. Disebut paling sempurna karena sepanjang sejarah ideologi yang dianut bangsa-bangsa di dunia, demokrasi menjadi ideologi yang paling banyak menjadi pilihan hidup bernegara dan berbangsa. Hal ini membuktikan bahwa demokrasi banyak disukai karena menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal dan memiliki toleransi tinggi terhadap keberagaman.

      Di negara yang berideologi komunis, tidak pernah diizinkan ideologi lain hidup berdampingan di dalamnya, sebaliknya di negara demokratis orang boleh-boleh saja berideologi berbeda. Kefleksibelan demokrasi ini diyakini para ahli sebagai sesuatu yang rentan terhadap anasir-anasir yang merusak keutuhan suatu negara demokratis. Namun sampai sejauh ini, ideologi demokrasi masih berdiri kokoh dalam singgasananya dan beberapa negara yang berideologi lain satu per satu beralih menganut ideologi ini.

   Demokrasi dapat dilihat dalam kerangka etis dan politis. Dalam kerangka politis berlangsung relasi kekuasaan dengan beragama kepentingan, kekerasan, perebutan jabatan dan sumber-sumber ekonomis, intrik, konspirasi, konsesi, dan sebagainya. Dalam kerangka etis, demokrasi berusaha menampakkan nilai-nilai ideal kemanusiaan dengan membuat wajah kekuasaan yang bringas menjadi santun dan manusiawi.
Metodologi kuantitatif yang berpihak kepada mayoritas sebagai penguasa atau pemenang diberi jalan keluarnya dengan etika musyawarah. 

    Kekuasaan yang terpusat pada rakyat tidak serta merta dapat merealisasikan semua keinginan mayoritas karena dewan yang menjadi wakil rakyat berhak mempertimbangkan dan memutuskan suatu kebijakan yang tidak mesti berpihak kepada mayoritas. Dengan demikian arogansi politik dalam demokrasi mendapatkan keseimbangannya dengan adanya etika.

    "Hal yang paling penting dalam berdemokrasi adalah demokrasi harus dapat memberikan kesejahteraan dan keadilan di segala bidang kehidupan. Jika demokrasi tidak membawa pada kondisi adil dan mensejahterakan, maka kita tidak memerlukan apapun dari demokrasi".

     Wahai putera dan puteri Niang Tanah Sikka, sejauh mana anda melihat pekembangan Demokrasi kita di Niang tanah tercinta. Akankah kita melanjutkan yang sekarang atau kita inginkan sebuah perubahan tanpa harus melibatkan siapapun yang ada hubungannya dengan yang sekarang...????


Jawabannya adalah Tidak dan tidak.........


Salam satu hati, dan Selamat Paskah.....




Yogyakarta, April 2011
Penulis, Carlos Rogger Evantino
......Epan gawan......